SELAMAT DATANG DIMEDIA KAMI...

Jumat, 09 Maret 2012

skripsi Delisting PT AQUA by Novi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, khususnya di era globalisasi dan teknologi informasi, pola manajemen perusahaan di Indonesia harus menyesuaikan sistem dan lebih terbuka terhadap perubahan. Kebanyakan perusahaan di Indonesia, baik perusahaan besar, menengah dan kecil, didirikan dan dikembangkan oleh keluarga atau pribadi. Mengingat tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan dewasa ini, maka perusahaan harus dikelola secara modern, terbuka tanpa harus kehilangan sifat dan citra kekeluargaannya. Salah satu caranya adalah dengan go publik. Pada dasarnya go publik merupakan suatu proses untuk meningkatkan partisipasi masyarakat melalui permanent capital formation, yang menuntut adanya transparansi dan disclosure yang wajib dilakukan oleh perusahaan. Adapun tujuan dari go publik yaitu memperoleh modal dari masyarakat dengan cara menjual sedikit mungkin surat berharga dengan harga yang mahal sebab dengan membagi kepemilikan dengan masyarakat yang tidak terlalu besar, modal yang besar tetap bisa diperoleh. Selain itu, tujuan terpenting dari go publik lainnya adalah memperbaiki struktur modal menjadi lebih sehat (Widoatmodjo, 2004: 32). Dalam situasi persaingan yang tidak lagi berskala nasional, tetapi sudah memasuki tataran global, maka perusahaan yang masih dikelola privat (keluarga) tidak dapat diandalkan untuk bersaing. Modal dan jaringan pemasaran yang dimiliki oleh perusahaan privat sangat terbatas. Di samping itu, kemajuan teknologi informasi telah memaksa masyarakat bbersifat kritis dan dapat menilai bahwa perusahaan yang go publik adalah perusahaan yang lebih memperhatikan masyarakat. Menurut Widoatmodjo (2004: 5), ada beberapa keunggulan dari perusahaan yang melakukan go publik, antara lain: (1) Kekurangan dana dari dalam perusahaan dapat diperoleh dari masyarakat atau investor asing. Sumber dana dari masyarakat memang diharapkan dapat tertanam dalam perusahaan-perusahaan dalam negeri. Hal ini untuk mencegah larinya dana ke luar negeri. Sedangkan sumber dana dari investor asing ditujukan untuk menarik dana dari luar, sesuai dengan kebijakan Penanaman Modal Asing (PMA). (2) Keuntungan promosi. Bila perusahaan go publik, maka pemilik perusahaan atau pemegang saham (masyarakat) akan berharap perusahaan itu akan mendapat keuntungan yang besar sehingga mereka dapat menikmati keuntungan pembagian deviden. Keuntungan ini akan dicapai jika omset perusahaan meningkat. Peningkatan omset itu diperoleh dari lakunya penjualan produk dari perusahaan tersebut, karena mengharapkan keuntungan itu, masing-masing pemegang saham berusaha untuk mempromosikan hasil produksinya kepada pihak lain atau konsumen. (3) Perseroan dapat terus beroperasi meskipun pemilik awal dan manajer telah meninggal dunia, kepentingan kepemilikan (hak) dapat dibagi menjadi lembar saham, yang pada gilirannya dapat dipindahkan secara lebih jauh lebih mudah dibandingkan dalam perusahaan perseorangan atau persekutuan, serta kewajiban pemilik terbatas pada dana aktual yang diinvestasikan (Brigham, 2001:12). Dengan melihat keunggulan itulah, maka layaknya suatu perusahaan memilih untuk go publik dengan alasan agar perusahaannya mampu bersaing dan terus berkembang (going concern). Begitu juga halnya dengan PT Aqua Golden Mississippi Tbk, sebagai perusahaan pelopor air minum mineral pertama kali di Indonesia yang juga go publik pada tanggal 1 Maret 1980. PT Aqua ini berdiri pada tanggal 23 Pebruari 1973. Kegiatan fisik perusahaan dimulai pada bulan Agustus 1973, ditandai dengan pembangunan pabrik di kawasan Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Percobaan produksi dilaksanakan pada bulan Agustus 1974 dan produk komersil dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1974 dengan kapasitas produksi 6 juta liter setahun. Produk pertamanya adalah AQUA botol kaca 950 ml yang kemudian disusul dengan kemasan AQUA 5 galon, pada waktu itu juga masih terbuat dari kaca. Tahun 1974 sampai dengan tahun 1978 merupakan masa-masa sulit karena masih rendahnya tingkat permintaan masyarakat terhadap produk AQUA. Dengan berbagai upaya dan kerja keras, AQUA mulai dikenal masyarakat, sehingga penjualan dapat ditingkatkan dan akhirnya titik impas berhasil dicapai pada tahun 1978. Semula produk AQUA ditujukan untuk masyarakat golongan menengah atas, baik perkantoran maupun rumah tangga dan restoran. Namun, saat berbagai jenis kemasan baru : 1500ml, 500ml, 220ml, dari kemasan plastik mulai diproduksi. Sejak tahun 1981, maka produk AQUA dapat terjangkau oleh masyarakat luas, karena mudahnya transportasi dan harga terjangkau. Diterimanya produk AQUA oleh masyarakat luas dan wilayah penjualan yang telah menjangkau seluruh pelosok Indonesia, maka PT Aqua harus segera meningkatkan kapasitas produksinya. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat itu, lisensi untuk memproduksi AQUA diberikan kepada PT Tirta Jayamas Unggul di Pandaan, Jawa Timur pada tahun 1984 dan Tirta Dewata Semesta di Mambal, Bali pada tahun 1987. Hal yang sama juga diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Pemberian lisensi ini disertai dengan kewajiban penerapan standar produksi dan pengendalian mutu yang prima. Upaya ekspor dirintis sejak tahun 1987 dan terus berjalan baik hingga kini mencakup Singapura, Malaysia, Maldives, Fiji, Australia, Timur Tengah dan Afrika. Total kapasitas produksi dari seluruh pabrik AQUA pada saat ini adalah 1.665 milyar liter per tahun (Prospectus Aqua, 2003). Tahun 1997, akibat terjadinya krisis moneter, PT Aqua mencatat pertumbuhan dibawah 30%. Hal itu disebabkan perusahaan hanya menghasilkan laba bersih sebesar Rp 7.8 miliar atau turun sebesar 25% dibandingkan dengan tahun 1996. Selain itu, pendapatan perusahaan juga turun sebesar 23% dari Rp 220.8 miliar menjadi Rp 179.4 miliar di tahun 1996 (Financial Highlight Aqua, 1997). Oleh karena itulah, PT Aqua memutuskan untuk menjual sebagian sahamnya kepada investor asing dalam hal ini adalah French Danone, dengan jalan melakukan akuisisi saham. Menurut Floyd A.Beams (2000:2), akuisisi saham terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi saham berhak suara dari perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai entitas hukum yang terpisah, akibatnya muncul perusahaan induk dan perusahaan anak. Akuisisi saham Danone di PT Aqua di tahun 1998 hanya sebesar 40% dan saat itulah merupakan titik awal perkembangan pesat PT Aqua, di mana PT Aqua mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 19 miliar atau bertambah 143% dari tahun sebelumnya . Pada tahun 1999 ditargetkan sebesar 1.1 miliar liter, naik 19% dari tahun terakhir. Manajemen juga mengumumkan bahwa mayoritas pemegang saham yaitu PT Tirta Investama telah menandatangani kontrak dengan French Danone untuk memproduksi air mineral Aqua-Danone. Sementara itu, volume penjualan pada tahun terakhir adalah berjumlah 1.226 liter, naik 19,6% sepanjang tahun 1999. Hasil survei dari Zenith International dari Inggris sebuah badan riset internasional yang telah melakukan survei selama hampir sembilan bulan untuk IBWA, mengesahkan bahwa merek AMDK AQUA dari Indonesia adalah merek AMDK terbesar di wilayah Asia – Timur Tengah – Pasifik dengan total penjualan sebesar 1.040 juta liter di tahun 1998 dan sekitar 1.190 juta liter di tahun 1999 dan dengan demikian diakui sebgai AMDK nomor dua di dunia setelah merek EVIAN. Sebuah prestasi besar bagi sebuah perusahaan negara berkembang yang baru berkiprah selama 25 tahun di industri ini dan yang mengalami badai politik dan ekonomi yang berat. Oleh karena itu, Perseroan memperluas pangsa produksinya dengan membangun pabrik di luar negeri. Di luar negeri, tepatnya Filipina, dijalin pula kerja sama untuk memproduksi AQUA, yang telah berproduksi sejak awal 1998. Sedangkan di Brunei Darussalam, pada tahun 1991 dilakukan kerja sama dengan membentuk IBIC Sdn. Bhd untuk memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek SEHAT. Nama dipilih karena tidak adanya sumber mata air pegunungan yang memenuhi standar produksi AQUA, sehingga bahan bakunya diambil dari sumur bor. Karena itu nama AQUA tidak digunakan (Financial Highlight Aqua, 1999). Profit bersih untuk kuartal pertama tahun 2000 turun sebesar 92,5% sepanjang periode yang sama pada akhir tahun itu hingga Rp 6.06 miliar. Profit bersih Rp 25 miliar dan penjualan sekitar Rp 450 miliar diestimasi pada akhir tahun ini. Perusahaan itu berencana untuk meningkatkan kapasitas terhadap air minum botol sampai 3 miliar liters per tahun. Untuk mencapai target ini, pabrik-pabrik pembotolan baru dibangun di Jawa, Bali, dan Sumatera Barat dan memiliki total kapasitas produksi sebesar 2.2 miliar liter per tahun (Financial Highlight Aqua, 2000). Di tahun 2001, akuisisi saham Danone di PT Aqua sudah mencapai 74% dan itu berarti bahwa Danone sebagai mayoritas pemegang saham. Di tahun 2001 tersebut, laba bersih perseroan mencapai Rp 146.75 milyar, meningkat dibandingkan tahun 2000. dengan adanya peningkatan laba bersih perusahaan, secara otomatis saldo laba juga meningkat dan hal itu mengidentifikasikan bahwa kinerja PT Aqua semakin baik (Financial Highlight Aqua, 2001). Di tahun 2001, PT Aqua mengusulkan voluntary delisting (mencabut sahamnya secara sukarela dari BEJ) dan kemudian berubah menjadi perusahaan tertutup melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), namun upaya tersebut gagal karena tidak mencapai kuorum (kurang dari 75% pemegang saham yang hadir dalam rapat). Akhir November 2005, PT Aqua mengadakan RUPSLB untuk yang kedua kalinya untuk melakukan voluntary delisting lagi. Namun, upaya untuk voluntary delisting sampai saat ini masih tertunda. Melihat latar belakang PT Aqua sebagai perusahaan go publik dengan kinerja keuangan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan secara tiba-tiba ingin melakukan voluntary delisting dan menjadi perusahaan privat inilah, yang memotivasi penulis untuk meneliti faktor-faktor apakah yang mendorong PT Aqua merencanakan voluntary delisting dan menjadi perusahaan privat. Sehingga penulis memberikan judul penelitian: ”Faktor-Faktor Deskriptif Pendorong Voluntary Delisting PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk”. 1.2. Perumusan Masalah Melihat latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: ”Faktor-faktor apa saja yang mendorong PT Aqua Golden Mississippi,Tbk melakukan voluntary delisting?”. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor pendorong PT Aqua Golden Mississippi,Tbk; melakukan voluntary delisting. 1.4. Batasan Masalah Agar penelitian lebih fokus, maka Peneliti membatasi masalah penelitian yang bertujuan agar penelitian yang dilaksanakan tidak menyimpang dari permasalahan dan lebih terarah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penulis hanya menilai kinerja keuangan PT Aqua berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, dengan menggunakan metode analisis rasio. 2. Penulis hanya menganalisis faktor-faktor pendorong PT Aqua melakukan Voluntary Delisting 1.5. Manfaat Penelitian • Bagi Perusahaan Menambah informasi dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan skala perusahaan khususnya bagi pihak manajemen PT Aqua dalam upayanya mencapai keberhasilan voluntary delisting. • Bagi Peneliti Memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti berkaitan dengan topik yang diambil. • Bagi Pihak Lain Dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti lain yang berkeinginan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menganalisis Kinerja Perusahaan 2.1.1. Analis Keuangan Analis keuangan adalah para pemakai informasi keuangan yang ingin menggunakan informasi tersebut untuk mengambil keputusan ekonomi dan yang tidak memiliki akses ke sistem informasi internal keuangan. Berikut ini adalah kelompok-kelompok analis informasi keuangan: 1. Investor a. Pemegang saham dan penasihat investasi mereka b. Pemegang surat hutang c. Investor lain, termasuk bank 2. Rekan bisnis a. Pemasok dan kreditor b. Konsumen c. Pegawai dan organisasi buruh 3. Analis lainnya a. Pemerintah, untuk penghitungan pemasukan (dari pajak) b. Pemerintah, untuk pengawasan dan pemantauan kebijakan c. Pemerintah lokal d. Agen manajerial sektor publik e. Pesaing f. Publik 4. Analis dan konsultan keuangan Ada begitu banyak kelompok dan individu yang berkepentingan dengan kinerja keuangan perusahaan. Mereka mengambil informasi keuangan dari berbagai sumber dan menganalisanya untuk bermacam-macam keputusan ekonomi sesuai dengan kepentingan mereka. Kreditor berkepentingan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang sebagaimana tertera di kontrak. Para calon investor ingin mengetahui kekuatan finansial perusahaan sebagai salah satu elemen penilaian nilai perusahaan. Pemerintah perlu mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dipungut. Selain untuk kepentingan eksternal, pihak internal perusahaan juga berkepentingan dengan kinerja keuangan suatu perusahaan. Pemilik ingin mengetahui hasil dari sumber daya yang telah diinvestasikannya. Manajer perlu menganalisis kinerja keuangan untuk membandingkan kinerja aktual perusahaan dengan target yang telah ditetapkan. Selain itu, analisis kinerja keuangan juga diperlukan untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan pesaing. Seorang analis keuangan menganalisis kinerja keuangan dengan cara menganalisis laporan keuangan, yang pada dasarnya ingin melihat prospek dan risiko perusahaan. Prospek bisa dilihat dari laba (profitabilitas) dan risiko bisa dilihat dari kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan (kebangkrutan). Seorang analis keuangan harus melakukan beberapa langkah yaitu: 1. Menentukan tujuan dari analisis laporan keuangan 2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan 3. Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan tersebut. 2.1.2. Laporan Keuangan Sumber informasi utama yang digunakan oleh para analis untuk mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan adalah laporan keuangan, merupakan bagian dari financial reporting (pelaporan keuangan), yang melaporkan hasil dari aktivitas dan operasional perusahaan. Menurut PSAK No.1, laporan keuangan terdiri dari: 1. Neraca Adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Biasanya neraca dibuat per 31 Desember, atau tiap akhir bulan. Menurut SAK, komponen neraca adalah: 1. Aktiva (asset) yang terdiri atas aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. 2. Kewajiban (liability), kewajiban terdiri atas kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. 3. Ekuitas (equity) adalah hak pemilik baik dari setoran modal ataupun laba yang belum dibagi. 2. Laporan Laba Rugi Yaitu akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Dalam SAK menyebutkan laba rugi menggambarkan gambaran kinerja operasional perusahaan yang dicatat dengan dasar akrual. Adapun komponen laporan laba rugi adalah: a. Pendapatan atau penjualan b. Harga pokok penjualan c. Biaya pemasaran d. Biaya administrasi dan umum e. Pendapatan luar usaha (non operasional) f. Biaya luar usaha (non operasional). 3. Laporan Perubahan Ekuitas Menjelaskan perubahan modal, laba ditahan (laba yang masih belum dibagi), agio atau disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak bagi pemilik yang melekat pada perusahaan. PSAK No.1, menyebutkan bahwa perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan: a. Laba atau rugi bersih periode bersangkutan b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK yang terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait. d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya. f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio saham dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. 4. Laporan Arus Kas (Cash Flow) Laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Menurut PSAK No.2, jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan alam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Disamping itu, informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga. Adapun laporan arus kas ini terdiri dari: a. Arus kas dari kegiatan operasi Aktivitas operasi adalah aktivitas pendapatan utama perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi dari perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna untuk memprediksi arus kas operasi masa depan. b. Arus kas dari kegiatan investasi Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan. c. Arus kas dari kegiatan pendanaan. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Pengungkapan yang terpisah yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. 5. Catatan atas Laporan Keuangan. Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan setiap akun-akun neraca dan laba rugi. Bilamana penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan dalam lampiran. SAK mengatur bagaimana akun harus disajikan, penjelasan apa saja yang harus ada, bagaimana mengukurnya, kapan perusahaan harus mengakui aktiva, hutang, pendapatan dan biaya. Untuk industri tertentu diatur khusus, misalnya bank, koperasi, dana pensiunan dan lain sebagainya. 2.1.3. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Mamduh & A.Halim (2005: 31) tujuan laporan keuangan dimulai dari yang paling umum, kemudian bergerak ke tujuan yang lebih spesifik. Adapun tujuan laporan keuangan tersebut dapat dijelaskan dengan bagan sebagai berikut: Bagan 2.1. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan Umum Tujuan Pemakai Eksternal Tujuan Perusahaan Tujuan Spesifik Sedangkan menurut Belkoui (2003:126), seperti yang dinyatakan dalam Accounting Principles Board (APB) Statement No. 4, menetapkan tiga tujuan laporan keuangan yaitu: 1) Tujuan khusus, menekankan pada kewajaran dan kesesuaian posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan dengan berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum (PABU). 2) Tujuan umum, menekankan pada fungsi penyediaan informasi akuntansi yang dapat dipercaya, seperti tentang sumber daya ekonomi dan kewjiban, sumber daya bersih sebagi hasil dari aktivitas operasi, estimasi earnings perusahaan, dan informasi lain yang relevan dengan pemakai. 3) Tujuan kualitatif, menekankan pada kualitas laporan keuangan, yang antara lain ditandai dengan adanya relevansi, dapat dipahami, netralitas, dapat diuji kebenarannya, tepat waktu, dapat diperbandingkan serta kelengkapan. 2.1.4. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan. Dalam penganalisaan, analis harus dapat menyesuaikan faktor-faktor yang mungkin ada pada periode masa datang yang mungkin mempengaruhi posisi keuangan atas hasil usaha perusahaan di masa yang akan datang serta dapat memberi hasil analisis dan interpretasi yang baik sehingga bermanfaat dalam menentukan kebijaksanaan manajemen dalam pengambilan keputusan. Menurut Horrigan (1965) menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan. Dengan rasio keuangan memungkinkan investor menilai kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan saat ini dan di masa lalu, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa datang. Analisis rasio keuangan meliputi dua jenis perbandingan yaitu perbandingan eksternal dan internal. Dalam perbandingan internal analis dapat membandingkan rasio yang sekarang dengan yang akan datang dan yang lampau untuk perusahaan yang sama. Apabila rasio keuangan disajikan dalam beberapa tahun, seorang analis dapat mempelajari komposisi perubahan dan menetapkan kemajuan-kemajuan prestasi keuangan yang ada selama tahun-tahun tersebut. Perbandingan eksternal meliputi perbandingan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis dan mempunyai ukuran yang hampir sama pada saat yang sama. Hal ini akan menggambarkan prestasi secara relatif dan keadaan keuangan perusahaan. Dalam melakukan analisis dapat digunakan berbagai jenis rasio yang disesuaikan dengan tujuannya untuk mengetahui kemampuan perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang sering dipakai oleh para analis untuk mencapai tujuannya adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Pengklasifikasian angka rasio keuangan menurut (Mamduh & A.Halim, (2005:31)) dan (Darsono & Ashari, (2004:51)), menyatakan bahwa angka-angka rasio keuangan dapat dikategorikan menjadi: 2.1.4.1. Rasio Likuiditas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (kewajiban perusahaan). Meskipun rasio ini tidak bicara masalah solvabilitas (kewajiban jangka panjang), dan biasanya relatif tidak penting dibandingkan rasio solvabilitas, tetapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan. Rasio ini digolongkan kedalam dua kelompok, yaitu: 1. current ratio Untuk menilai kemampuan jangka pendek perusahaan, analis menggunakan current ratio. Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang baik dalam membayar hutang perusahaan yang jatuh tempo. Hal tersebut dikarenakan dalam komponen aktiva lancar, terdapat pos-pos yang pendistribusiannya tidak menguntungkan. Misalnya, jumlah persediaan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan taksiran penjualan yang akan datang. Sehingga terjadi over investment dalam persediaan. Rasio lancar = aktiva lancar Kewajiban lancar 2. Quick ratio Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tanpa memperhitungkan pos persediaan karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama dalam realisasinya menjadi kas. Rasio Quick = aktiva lancar – persediaan Kewajiban lancar 2.1.4.2. Rasio Profitabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Profitabilitas dianggap sebagai alat yang memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena profitabilitas merupakan alat pembanding berbagai alternatif investasi dan tingkat resikonya. Semakin besar resiko investasi, diharapkan semakin besar pula laba yang diperoleh. Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. ROE (Return on Equity). Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas risiko misalnya suku bunga sertifikat bang Indonesia. Rasio ROE dinyatakan sebagai berikut: Return on Equity = Laba bersih Modal saham b. ROA (Return on Total Asset) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut sebagai Return On Investment (ROI). Rasionya dinyatakan sebagai berikut: Return on Investment = laba bersih total aktiva c. NPM (Net Profit Margin) Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa juga diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisisensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasionya dinyatakan sebagai berikut: Profit Margin = laba bersih Penjualan bersih 2.1.4.3. Rasio Aktivitas Rasio ini dipakai untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber dana atau aset yang ada di perusahaan. Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan berbagai aktiva pendukung terjadinya penjualan. Rasio manajemen aset yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 2.2. ITO (Inventory turn over) Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada diubah menjadi penjualan. Dengan mengetahui rasio ini kita bisa mengetahui likuiditas dari persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rasio ini dinyatakan dengan rumus: ITO = penjualan persediaan 2.3. TATO (Perputaran aktiva total (Turnover Asset Tota/) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan, sehingga kita bisa mengetahui efektifitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rumusnya : Perputaran aktiva total = penjualan Aktiva total 2.1.4.4. Rasio Solvabilitas Manajemen hutang suatu perusahaan dapat menimbulkan tiga implikasi penting, yaitu: (1) By raising funds through debt, its owners can maintain control of a firm with a limited investment; (2) creditors look to the equity, or owner supplied funds, to provide a margin of safety, if the owners have provided only a small proportion of the total financing, the risk the enterprise are borne mainly by its creditors; (3) if the firm earns more on investment financed with borrowed funds than it pays in interest, the return on the owners’ capital is magnified, or “leveraged”. (Brigham, 1992:54) Selain itu, manajemen hutang meningkatkan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan oleh para pemegang saham. Hal ini terjadi karena dua alasan, yaitu: (1) Since interest is deductible, the use of debt financing lowers the tax boll and leaves more of the firm’s operating income available to its investors; (2) if the rate of return on assets (EBIT/ Total assets) exceeds the intertest rate of debt, as it generally does, then a company can use debt to finance assets, pay the interest on the debt, and have something left over as a “bonus” for its stockholders. (Brigham, 1992:55) Rasio yang digunakan untuk menghitung manajemen hutang dalam penelitian ini adalah debt to asset ratio (DAR) dan debt to equity ratio (DER), keduanya mempunyai fungsi sama yaitu mengukur prosentase dana yang disediakan oleh kreditor. a. DAR (Debt to asset ratio) Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menunjukkan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam megadaptasi kondisi kekurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor. Jika rasio tinggi, menunjukkan adanya peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayarn bunga yang tinggi, yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Rumusnya: DAR = Total kewajiban Total aktiva b. DER (Debt to equity ratio) Rasio ini menunjukkan persentase pendiaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasi ini semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Rumusnya : DER = total kewajiban total ekuitas 2.1.4.5. Rasio Pasar (Market Value) Rasio pasar merupakan kelompok rasio yang mengindikasikan pendapat investor mengenai kinerja perusahaan di masa lalu dan prospeknya di masa yang akan datang. Rasio-rasio yang termasuk dalam kelompok rasio ini adalah laba per lembar saham (earning per share/ EPS); Price/ earning ratio (PER); dan Price to book value (PBV). Laba per lembar saham adalah rasio yang menunjukkan besarnya keuntungan (return) yang diperoleh investor untuk setiap lembar saham perusahaan yang dimilikinya. Earning per share (EPS) = net income Total shares Price/ earning ratio (PER) menggambarkan berapa banyak uang yang rela dibayarkan oleh investor untuk setiap rupiah laba yang dilaporkan. Besarnya uang yang rela dibayarkan tersebut menunjukkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dengan cara membagi harga saham dengan laba per saham. Price/ earning ratio (PER) = price per share Earning per share Rasio price to book value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio PBV berarti semakin besar pula kepercayaan pasar akan prospek perusahaan tersebut. Perusahaan dengan nilai return on equity (ROE) yang tinggi umumnya mampu menjual sahamnya dengan harga mencapai beberapa kali lipat nilai bukunya dibandingkan dengan perusahaan yang labanya rendah. Nilai buku saham adalah perbandingan antara total ekuitas dengan jumlah saham beredar. Book value per share = commonequity Share outstanding Rasio PBV dihitung dengan membagi harga pasar per lembar saham dengan nilai bukunya. Price to book value (PBV) = market price per share Book value per share 2.1.5. Manfaat dan Keterbatasan Analisis Rasio Menghitung rasio keuangan suatu perusahaan adalah hal yang relatif mudah. Agar analisis rasio dapat bermanfaat, hal yang paling menentukan adalah interpretasi analis atas angka yang dihasilkan dari proses perhitungan. Untuk menginterpretasikan rasio, analis umumnya membandingkan kinerja: 1. Dari beberapa periode 2. Dengan perusahaan lain yang bergerak di industri yang sama 3. Dengan kinerja rata-rata industri Meskipun sangat bermanfaat untuk mengetahui kondisi operasi dan keuangan perusahaan, tetapi analisis rasio juga memiliki masalah inheren dan keterbatasan yang memerlukan perhatian khusus. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan analisis rasio: 1. Laporan keuangan yang dibuat oleh setiap perusahaan menggunakan prosedur akuntansi yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan hasil perhitungan rasio menjadi sulit untuk dibandingkan. 2. Inflasi menyebabkan nilai akun-akun yang tertera di neraca sangat jauh berbeda dengan nilainya saat ini. 3. Faktor musiman juga dapat menyebabkan distorsi nilai rasio, terutama nilai rasio perputaran (turnover). 4. Perusahaan dapat melakukan teknik “window dressing” agar laporan keuangan mereka tampak lebih baik daripada keadaan yang sebenarnya. 5. Seorang analis sulit menggeneralisasi apakah nilai tertentu sebuah rasio adalah baik atau buruk tanpa dilakukannya analisis mendalam terlebih dahulu. Privatisasi 2.2.1. Pengertian Privatisasi Selama ini, tidak ada definisi yang pasti dari pakar tentang privatisasi, hal ini sesuai dengan negara mereka masing-masing dalam penerapannya. Meskipun tidak sama dalam setiap pendefinisian, tetapi dapat disimpulkan bahwa arti privatisasi adalah perubahan kepemilikan perusahaan milik publik menjadi perusahaan milik swasta atau perusahaan milik pribadi dengan jalan saham. Arti privatisasi tersebut dapat dijabarkan bahwa merupakan kebijakan publik yang mengarahkan bahwa tidak ada alternatif lain selain pasar yang dapat mengendalikan ekonomi secara efisien, serta menyadari bahwa sebagian besar kegiatan ekonomi yang dilaksanakan selama ini seharusnya diserahkan kepada sektor swasta. Untuk lebih jelasnya arti privatisasi, dapat kita ambil dari pendapat beberapa pakar, antara lain: • Menurut Held, tentang ”Terminologi Privatisasi” (Indra Bastian, op.cit.hlm 19): 1. Privatisasi keuangan merupakan jasa berkelanjutan yang diproduksi oleh sektor publik; 2. Privatisasi produk jasa yang dibiayai oleh sektor yaitu kontrak, bidang pendidikan, dan berupa vouchers; 3. Adanya ”dis-nasionalisasi dan penghapusan” yang diartikan sebagai penjualan perusahaan publik dan pemindahan fungsi pengolahan perusahaan dari publik ke sektor swasta (pribadi); 4. Adanya ”pembebasan” yang diartikan sebagai pelanggaran terhaap status monopoli atau pengaturan terhadap lisensi yang menghambat sektor swasta dalam memenuhi pasar yang disuplai sektor publik. • Transkrip Pidato John Moore (Menteri Muda BUMN Inggris: 1980-1988), mengemukakan bahwa privatisasi sering dikonotasikan sebagai: 1. Pengembalian perusahaan negara kepada sektor swasta; 2. Kontrak jasa kepada sektor swasta; 3. Pembebasan (dalam arti kompetisi); 4. Deregulasi • Shackleton (1970-an) Penggunaan istilah privatisasi beragam. Ada beberapa istilah yang merefleksikan pemindahan kepemilikan, kategori yang paling besar mencakup pasar. Selaras dengan kategori ini, Beliau secara khusus membicarakan dua tipikal ukuran, yaitu: 1. Terkait dengan industri yang telah dinasionalisasikan maupun perusahaan publik yang lain; 2. Terkait dengan konsep negara sejahtera dan jasa yang disediakan oleh sektor publik. • Pirie (1980-an) Ide privatisasi melibatkan pemindahan produksi barang dan jasa sektor publik dan sektor swasta, yang mengakibatkan perubahan manajemen perusahaan sektor publik ke mekanisme swasta. Privatisasi lebih merupakan metode, bukan semata-mata kebijakan final. Sebuah metode regulasi yang memiliki kecenderungan untuk mengatur aktivitas ekonomi sesuai mekanisme pasar. • Kay dan Thompson (1970-an) Perubahan hubungan antara pemerintah dengan sektor swasta. Sedangkan bangsa Indonesia mendefinisikan privatisasi seperti yang terdapat dalam pasal 1 butir 12 UU No. 19 Tahun 2003, adalah sebagai berikut: ”Privatisasi adalah penjualan saham persero, baik sebagian maupun keseluruhannya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat”. 2.2.2. Maksud dan Tujuan Privatisasi Menurut Undang-undang No.19 Tahun 2003 pasal 74 butir (1) dan (2) adalah: 1. Privatisasi dilaksanakan dengan maksud: a. Memperluas kepemilikan masyarakat atas Perseroan; b. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan; c. Menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik (akurat); d. Menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif; e. Menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi; f. Menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar. 2. Privatisasi dilakukan dengan tujuan untik meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam kepemilikan saham. 2.2.3. Metode Privatisasi Heru Sutejo (1995:7) mengatakan bahwa ada beberapa metode privatisasi yaitu: a. Lelang, dalam metode ini aset publik dijual kepada penawar yang tertinggi pada lelang terbuka. b. Negotiated sale, yaitu negoisasi secara langsung antara pembeli dan penjual dimana harga dan syarat dari transaksi disetujui bersama. c. Tender, aset publik akan dijual kepada penawar yang mengajukan nilai tender yang tertinggi. d. Emisi saham, saham publik ditawarkan dalam bursa efek dalam negeri atau luar negeri. e. Manajement employee buyout, manajemen dan karyawan publik membeli saham yang dapat mengendalikan perusahaan. f. Pembagian saham, sebagian dari saham biasanya antara 10%-25% dari saham publik dibagikan atau dijual kepada karyawan atau kelompok tertentu dalam masyarakat dengan harga yang ”miring” g. Pembagian voucher atau kupon, anggota masyarakat tertentu diberi voucher atau kupon yang diberi harga nominal rendah, yang dapat ditukarkan dengan saham publik atau reksa dana yang menguasai saham publik. h. Joint venture, investor swasta baik domistik atau asing bersama perusahaan publik membentuk perusahaan baru. i. Build own-operate and transfer agreements, persetujuan semacam ini lebih umum digunakan dalam pembangunana infrastruktur seperti jalan tol, dimana pengelola swasta lebih berhak memungut tol selama 20 tahun, misalnya, stelah jangka waktu itu jalan tol tersebut milik pemerintah. j. Leasing, investor swasta, membayar kepada pemerintah sejumlah biaya tahunan dengan hak mengoperasikan perusahaan publik. k. Management contract, pemerintah membayar operator swasta sejumlah biaya untuk mengoperasikan perusahaan publik. 2.3. Delisting. 2.3.1. Pengertian Delisting (Penghapusan Dari Daftar) Yaitu penghapusan saham sebuah perusahaan terdaftar dari Register of Securities yang tercatat dalam bursa saham, dapat terjadi karena: a. Permohonan penghapusan dari daftar saham oleh perusahaan yang bersangkutan (delisting sukarela). b. Penghapusan dari daftar saham oleh bursa saham terkait dengan regulasi bursa saham. 2.3.2. Prosedur Delisting 1. Jika sebuah perusahaan terdaftar mengalami setidaknya salah satu kondisi-kondisi dalam kriteria delisting, maka pada akhir hari dari hari bursa setelah persoalan tersebut diketahui, bursa saham harus mengumumkan penghapusan saham perusahaan terdaftar itu dari Register of Securities pada Bursa Saham. 2. Jika perusahaan terdaftar mengalami setidaknya salah satu kondisi tersebut, maka bursa saham harus menghapus saham perusahaan dengan prosedur berikut: i) Bursa saham memberitahukan perusahaan terkait mengenai keputusan penghapusan daftar sahamnya, termasuk termasuk time schedule, pada hari bursa yang sama ketika keputusan tersebut dibuat, salinan diserahkan ke Bapepam. ii) Bursa saham mengumumkan keputusan menghapus saham perusahaan tersebut dari daftar, termasuk time schedule. Pengumuman tersebut harus dilaksanakan paling akhir pada awal sesi, baru bursa berikutnya setelah keputusan penghapusan tersebut dibuat. iii) Pada hari yang sama saat pengumuman keputusan serta time schedule tersebut dibuat, bursa saham harus menutup perdagangan saham dari perusahaan tersebut dimana penutupan tersebut akan berlaku selama lima hari bursa setelah hari pengumuman. iv) Saham perusahaan terkait mengacu pada poin ii) diatas dapat diperdagangkan pada bursa saham di pasar negosiasi selama 20 hari bursa setelah hari penutupan tersebut selesai, mengacu pada poin ii) diatas, dan penyelesaian transaksinya tidak akan dijamin oleh KPEI. v) Penghapusan saham daftar saham perusahaan terkait dari register of securities yang terdaftar pada bursa saham akan berlaku pada hari bursa berikutnya setelah akhir periode perdagangan mengacu pada poin ii) diatas. vi) Bursa saham harus mengumumkan hari efektif dari penghapusan daftar saham perusahaan yang bersangkutan dari register of securities pada bursa saham paling akhir lima hari bursa sebelum akhir periode perdagangan yang mengacu pada poin (ii) diatas. 3. Jika saham perusahaan terdaftar dihapus dari register of securities yang terdaftar dalam bursa saham (delisiting), maka semua jenis securities perusahaan tersebut juga harus dihapus dari Register of Securities pada Bursa saham. 4. Sebuah perusahaan terdaftar, yang daftar sahamnya dihapus dari Register of securities pada Bursa Saham, dapat mengajukan keberatan kepada kepala Bapepam, namun keputusan Bapepam adalah final (JSX Fact Book 2002). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Perusahaan yang menjadi obyek penelitian ini adalah PT Aqua Golden Mississippi, Tbk. 3.2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan “…..to describe characteristic of a population or phenomenon. Descriptive research seeks to determine the answers to who, what, when, whwre, and how question” (Zikmund, 1991:32). Menurut Moleong (1991:6), penelitian deskriptif ini termasuk penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati didukung dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalaman kajian pustaka data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami dengan baik 3.3. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang dibahas, penelitian ini merupakan studi kasus. Studi kasus ”lebih menekankan kepada analisis konteks secara penuh berdasar peristiwa atau kondisi yang lebih sedikit dan hubungannya satu dengan yang lain” (Cooper & Emory, 1995:257). 3.4. Jenis Data Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Indiantoro, Nur & Bambang Supomo (1999:147), data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh orang lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Berdasarkan sumber datanya, data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder eksternal. Data sekunder eksternal yaitu data yang dipublikasikan dan umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Menurut sifatnya, data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa angka rasio keuangan dan angka-angka akuntansi laporan keuangan. 2. Data kualitatif, yaitu data yang bersifat non-angka. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa deskripsi keadaan obyek penelitian, teori-teori yang mendukung dan data-data lain yang bukan dalam bentuk angka. 3.5. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi data dari berbagai sumber yang dipublikasikan. 2. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari literatur seperti buku yang relevan, surat kabar, majalah, maupun artikel. 3.6. Sumber Data Data yang digunakan dan sumbernya dapat dijabarkan seperti dibawah ini: 1. Seluruh harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham yang bersumber dari database harga saham harian Jakarta Stock Exchange (JSX) yang diakses melalui www.jsx.co.id. 2. Data rasio keuangan PT Aqua Golden Mississippi,Tbk tahun 2000-2004 bersumber dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000-2004 yang diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ). 3. Data rasio keuangan PT Aqua Golden Mississippi Tbk dan PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk; yang bersumber dari database laporan keuangan Jakarta Stock Exchange (JSX) yang diakses melalui www.jsx.co.id 3.7. Metode Analisis Data Data-data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan berikut: 1. Analisis kuantitatif, yaitu analisis rasio yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja keuangan PT Aqua Golden Mississippi Tbk selama lima tahun terakhir (tahun 2000-2004) serta membandingkannya dengan perusahaan lain yang bergerak di industri yang sama. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio manajemen aset, rasio manajemen hutang, rasio profitabilitas, dan rasio nilai pasar. 2. Analisis kualitatif, yang dilaksanakan agar penulis dapat memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai masalah yang diteliti. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk. 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Aqua Golden Mississppi Tbk, memelopori usaha industri air minum dalam kemasan di Indonesia pada tahun 1973. Didirikannya perusahaan ini dalam rangka UU Penanaman Modal Dalam Negeri No.6 Tahun 1968, yang telah diubah dan ditambah dengan UU No.12 tahun 1970, berdasarkan akta notaris Tan Thong Kie, No.24 tanggal 23 Februari 1973, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam SK N0. Y. A. 5/213/22/ tanggal 19 Juni 1973 serta diumumkan dalam Berita Negara No.84 tanggal 19 Oktober 1993. Pencetus ide air mineral AQUA pada awal berdirinya adalah Tirto Utomo seorang pebisnis nasional dan mantan karyawan Pertamina. Konsep yang diambil dalam mewujudkan ide Tirto Utomo tersebut, diambil dari Amerika Serikat salah satu negara yang memproduksi air minum dalam kemasan. Air minum harus bebas dari mikroorganisme patogen dan berdasarkan konsep tersebut, maka tanggal 23 Februari 1973 didirikanlah sebuah perusahaan yang bernama PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, dengan produksi percobaan pada bulan Agustus 1974 dan produksi komersial pada bulan September 1974. Pada awal produksinya Aqua, yaitu di tahun 1974-1980, bahan baku untuk membuat air minum dalam kemasan diambil dari sumur bor (pure artesian water). Namun, karena adanya intrusi air laut, maka pada tahun 1981, sumber air dari sumur bor diganti dengan sumber air dari pegunungan yang diangkut dari Ciawi dengan truk tangki. Semakin lama, ternyata permintaan terhadap air minum dalam kemasan semakin besar dan meluas, sehingga dibutuhkan armada angkut yang besar untuk memasarkan produk tersebut ke semua konsumen. Dalam perkembangan selanjutnya di wilayah timur, permintaan terhadap air minum dalam kemasan juga meningkat, maka perusahaan membangun anak perusahaan baru di wilayah timur atau daerah Jawa Timur, tepatnya di daerah Pandaan, yang diberi nama PT. Tirta Jaya Utama, yang diresmikan oleh Bupati Pasuruan berdasrkan SK Menteri Perindustrian RI No.210/BJAI/ILUS/KON-FAS/V/1984. mulai 7 Agustus 1985, PT Tirta Jaya Utama diganti nama dengan PT Tirta Jayamas Unggul yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian dan Tenaga Kerja. Karena adanya penggabungan usaha yaitu akuisisi antara perusahaan Danone dari Perancis dan PT Tirta Jayamas Unggul, maka pada tanggal 16 Oktober 2000, PT Tirta Jayamas Unggul diganti nama menjadi PT Tirta Investama. Adapun Profile PT AGM Tbk adalah sebagai berikut: Nama perusahaan : PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Berdiri : 23 Februari 1973 No NPWP : 1.001.922.2-054 Direktur utama : Willy Sidharta Komite Audit : R. Soekardi Jenis usaha : Perusahaan industri pengolahan dan pembotolan air minum dalam kemasan Kantor pusat : Jl. Pulo Lentut No.3 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Status : Company Listing di Pasar Bursa Indonesia, yaitu BEJ tanggal 1 Maret 1990. 4.2. Analisis Kinerja Keuangan PT Aqua Golden Mississippi, Tbk Tahun 2000-2004 4.2.1. Analisis Tingkat Pertumbuhan PT Aqua Golden Mississippi, Tbk. Pada tahun 2001 PT Aqua Golden Mississippi Tbk, membuktikan kemampuannya untuk mempertahankan kinerjanya melalui pertumbuhan yang sehat dan menguntungkan. Kampanye yang dilakukan sejak tahun 2000 berhasil mendorong konsumsi air minum dalam kemasan. Promosi dengan tema ”minum air 8 gelas sehari” dilengkapi dengan Aqua Branding Compaign yang secara agresif dilancarkan oleh perseroan berhasil meningkatkan volume penjualan secara gratis. Kondisi perekonomian yang kondusif dan situasi politik yang stabil di Indonesia pada tahun 2001, merupakan titik balik bagi dunia usaha dan pada akhirnya meningkatkan daya beli konsumen. Dengan berbagai faktor tersebut, Perseroan mampu mendorong penjualan AQUA sebesar 50,48% dengan volume penjualan sebesar Rp 2.36 milyar liter dari 1,57 milyar liter di tahun sebelumnya. Hasil penjualan di tahun 2001 meningkat sebesar 44,2% mencapai Rp 793.6 juta dari tahun sebelumnya sebesar Rp 550.5 juta. Pertumbuhan hasil penjualan yang lebih rendah dibandingkan dengan volume penjulan disebabkan karena pertumbuhan ”kemasan sekali pakai” lebih besar dari pertumbuhan ”kemasan 5 galon”. Margin yang lebih rendah dari penjualan produk-produk AQUA berasal dari pabrik pemegang lisensi merupakan sebagian dari keseluruhan royalti yang diperoleh Perseroan. Penerimaan lain dalam bentuk ”tecnical assistance fee”. Selain itu, biaya marketing yang merupakan kewajiban Perseroan dibebankan pada PT Tirta Investama selaku distributor produk-produk Perseroan (Financial Highlight Aqua, 2001). PT Aqua Golden Mississipi Tbk (AQUA), memproyeksikan penjualan sebesar Rp 1.169 trilyun pada tahun 2004, atau naik sekitar 10,9% dibanding tahun 2003 yang mencapai Rp 1.054 trilyun. Selain itu, di tahun tersebut juga menunjukkan banyak pemain baru yang masuk di industri perusahaan air minum kemasan (AMDK). Tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi juga di pasar-pasar baru seperti Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Meski begitu, Perseroan tetap dapat mempertahankan pangsa pasar yang saat ini masih sekitar 45%, dengan penggunaan strategi yang tepat agar pangsa pasar Aqua tidak digerogoti pemain lain. Strategi pangsa pasar itu misalnya, iklan dan promosi. PT Aqua tetap memfokuskan pasar yang besar di Pulau Jawa. Selain itu untuk tahun 2006, PT Aqua akan mengeluarkan belanja investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sebagai produsen utama air minum dalam kemasan, direktur utama Willy Sidharta mengatakan “ pasar air minum dalam kemasan (AMDK) untuk tahun 2005 ini akan tumbuh sekitar 10-15%”. Persaingan di bisnis AMDK semakin ketat dan banyak pemain baru yang bermunculan. Namun, AQUA akan mempertahankan ”market share” antara 40-45% dengan cara terus memperkuat citra di masyarakat dan kualitas produk. Jika dilihat kinerja keuangannya, Per September 2004 Perseroan mendapat pendapatan bersih Rp 960.3 milyar, atau naik signifikan dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 791 milyar. Sedangkan laba usaha tercatat Rp 82 milyar dan laba bersih Rp 67.1 milyar (PROSPEKTIF, 24-30 Januari 2005). Pertumbuhan AMDK mencapai 20% per tahun. Angka ini diperkirakan akan turun walaupun volume penjualan besar. Pada 2005 Aqua menargetkan pertumbuhan AMDK sebesar 15%. “Target tahun 2010-2011 sebanyak 75 liter per kapita per tahun dan sekarang baru 45 liter per kapita per tahun (www.bisnis.com. 13 April 2006). 4.3. Analisis Saham, Dividen dan Penggunaan Laba. 4.3.1. Analisis Saham dan Dividen Hingga 31 Desember 2001, Perseroan menerbitkan saham biasa sejumlah 13.162.473 lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000 setiap lembar saham. Saham-saham tersebut diperdagangkan di BEJ dan BES. Di tahun 2001, Perseroan telah membukukan laba bersih sejumlah Rp 48.014.292.158, Direksi mengusulkan untuk membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham Perseroan sebesar Rp 625 per saham bernilai Rp 1.000 atau sejumlah Rp 8.226.545.625 dari laba bersih yang diterima pada tahun 2001. sisanya sejumlah Rp 39.787.746.533 ditambahkan pada laba ditahan (www.suarakarya.com, diakses 7 Desember 2005). Di tahun 2002, dividen yang dibagikan kepada pemegang saham adalah Rp 860 per saham. Sedangkan pada tahun 2003 pembagian dividen pada pemegang saham mengalami penurunan yaitu hanya sebesar Rp 800 per saham diambil dari laba bersih tahun buku 2003 yang mencapai Rp 63.246 milyar. Di tahun 2004, dalam rapat umum pemegang saham PT Aqua Golden Mississippi Tbk di Jakarta, memutuskan untuk membagi dividen sebesar Rp 1.180 per saham. Dana untuk dividen yang jumlah seluruhnya Rp 15.531 miliar itu diambil dari laba bersih tahun buku 2004 yang mencapai Rp 91.639 miliar, sedangkan sisanya Rp 76.108 miliar akan digunakan sebagai laba ditahan. Presdir Aqua Willy Sidharta seusai RUPS mengemukakan, nilai dividen tersebut merupakan yang terbesar sejak 2000 (www.google.com, diakses 3 Maret 2006). Tabel 4.1. Pengumuman Dividen Tahun Dividen (Rp) Cum Date Ex Date Recording Date Payment Date 2000 500 16-Juli-01 17-Juli-01 24-Juli-01 7-Agust-01 2001 625 15-Juli-02 16-Juli-02 19-Agust-02 2-Agust-02 2002 860 16-Juli-03 17-Juli-03 21-Juli-03 4-Agust-03 2003 800 17-Juni-04 18-Juni-04 22-Juni-04 6-Juli-04 2004 1.180 6-Juli-05 6-Juli-05 7-Juli-05 21-Juli-05 Sumber: www.jsx.co.id (diakses 3 Februari 2006) 4.3.2. Analisis Laba Laba bersih Aqua selama tahun 2000 mencapai Rp 38.5 milyar, dan ini merepresentasikan pertumbuhan 115% sepanjang tahun 1999 dengan kinerja pendapatan mencapai Rp 17.8 milyar. Tahun 2000 juga mencatat penjualan bersih sebesar Rp 550.6 milyar, meningkat 34% sepanjang tahun 1999 dengan jumlah Rp 410.8 milyar. Laba bersih pada tahun 2001 berjumlah Rp 48.014 milyar, naik dari hanya Rp 38.465 milyar per tahun sebelumnya. Pendapatan yang lebih tinggi dihasilkan dari pertumbuhan Rp 793.652 milyar dalam penjualan bersih berbanding dengan tahun sebelumnya. Laba bersih tahun 2002 berjumlah Rp 66.110 milyar, naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 48.014 milyar. Laba bersih tahun 2003 berjumlah Rp 62.071 milyar, naik dari pendapatan tahun sebelumnya sebesar Rp 66.110 milyar. Pendapatan yang lebih tinggi dihasilkan dari pertumbuhan dalam penjualan bersih hingga Rp 1.077 trilyun berbanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2004, penjualan bersihnya naik hingga Rp 1.33 trilyun dari Rp 1.07 trilyun yang dilaporkan pada tahun 2003. Laba bersihnya juga naik dari Rp 63.2 milyar sampai Rp 91.6 milyar (www.wartaekonomi.com, diakses 26 Desember 2005). Grafik 4.1. Laba Bersih (Net Income) PT Aqua Golden Mississippi, Tbk. Tahun 2000 sampai dengan 2004. Sumber: www.jsx.co.id, (diakses 3 Februari 2006) 4.4. Analisis Rasio untuk mengukur Kinerja Keuangan Ukuran kinerja PT Aqua dalam penelitian ini, menggunakan analisis rasio. Analisis rasio dapat membantu investor memperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, investor dapat mengambil keputusan investasi yang menurutnya paling baik. Tabel 4.2. Rasio Keuangan PT Aqua Golden Mississippi, Tbk Rasio Keuangan PT Aqua Golden Mississippi, Tbk Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 *Rata-rata Industri 2004 Rasio Likuiditas Current ratio 70.97 67.84 71.45 502.93 442.93 242.21 Quick ratio 66.20 65.04 125.89 484.11 415.63 218.84 Rasio Solvabilitas DAR 0.62 0.67 0.58 0.47 0.46 0.64 DER 1.71 2.08 1.44 0.91 0.87 2.88 Rasio Profitabilitas NPM 6.99 6.05 6.47 5.76 6.87 3.44 ROA 16.33 13.71 17.77 17.51 19.89 (62.07) ROE 45.00 42.70 43.91 33.85 37.65 (405.5) Rasio Aktivitas ITO 50.59 76.09 118.75 124.09 50.79 32.2 TATO 1.61 1.55 1.90 2.06 1.99 1.60 Market Value PER 4.79 9.59 7.47 10.14 6.89 2.30 PBV 1.49 2.79 2.24 2.32 1.78 10.5 EPS (Rp) 2.922 3.647 5.022 4.715 6.962 2.985 Sumber: Indonesion Capital Market Directory, 2004. Keterangan : * Rata-rata industri tahun 2004, diperoleh dari analisis perusahaan yang sejenis, yaitu Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) antara PT Aqua dengan PT Ades Alfindo Putrasetia, Tbk. 4.4.1. Analisis Rasio Likuiditas 4.4.4.1. Rasio Lancar (Current Ratio) Yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dari hasil perhitungan tabel di atas (tabel 4.3), untuk tahun 2000 sampai dengan tahun 2001 mengalami penurunan karena pada tanggal 7 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian pinjaman revolving dengan PT Bang UFJ. Pinjaman ini berlaku selama satu tahun sampai dengan 7 November 2001 dan telah diperpanjang sampai dengan tanggal 15 April 2002. Pinjaman ini digunakan untuk membiayai modal kerja perusahaan. Pinjaman ini dikenakan bunga tahunan berkisar antara 11,85% samapai dengan 12,15% pada tahun 2001, dan sebesar 11,65% pada tahun 2000 dijamin dengan deposito berjangka milik PT Tirta Investama (TIV) pemegang saham dalam jumlah yang sama. Adapun rincian hutang jangka pendek itu terdapat dalam tabel berikut: Tabel 4.3. Rincian Pinjaman Jangka Pendek PT Aqua Golden Mississippi, Tbk (tahun 2000 & 2001) PT Bank UFJ Indonesia (dahulu PT. Bang Sanwa Indonesia) Rp 30.000.000.000 Citibank N.A. Jakarta Rp 15.000.000.000 Jumlah Rp 45.000.000.000 Sumber: Catatan atas laporan keuangan PT Aqua Golden Mississippi, Tbk tahun 2000-2001. Sedangkan untuk tahun 2002 ke tahun 2003, rasio lancarnya mengalami peningkatan. Tahun 2003 sampai dengan 2004 rasio lancarnya juga turun, yaitu hanya sebesar 442.93. Nilai itu diinterpretasikan bahwa untuk setiap satu rupiah kewajiban dijamin dengan 442.93 rupiah aktiva lancar. Aktiva lancar tahun 2004 yaitu sebesar Rp 380.570.881.927 lebih besar dibanding dengan kewajiban lancarnya yaitu sebesar Rp 421.043.644. Sedangkan untuk tahun 2003 aktiva lancarnya sebesar Rp 211.119.747.602 juga lebih besar jika dibandingkan dengan kewajiban lancarnya. Jika dilihat dari rata-rata industinya, rasio lancar PT Aqua juga lebih tinggi (lebih bagus). Adapun rincian pinjaman jangka pendek untuk tahun 2003 dan 2004 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.4. Rincian Pinjaman Jangka Pendek PT Aqua Golden Mississippi, Tbk (Tahun 2003 & 2004) Rincian hutang usaha Tahun 2003 Tahun 2004 Lancar Rp 23.410.268.612 Rp 43.847.474.786 Jatuh tempo 1 bulan-3 bulan Rp 3.862.566.433 Rp 3.573.568.858 Jumlah Rp 27.272.835.045 Rp 47.421.043.644 Sumber: Catatan atas laporan keuangan PT Aqua Golden Mississippi, Tbk tahun 2003-2004. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kinerja PT Aqua jika dilihat dari rasio likuiditasnya bagus karena perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 4.4.4.2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat mengukur kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar. Penghilangan persediaan ini karena persediaan memerlukan jangka waktu yang agak lama untuk dikonversi menjadi kas. Dari hasil perhitungan diperoleh rasio cepat dari tahun 2000 ke 2001 turun sebesar 98,2%. Sedangkan untuk tahun 2002 ke tahun 2003 meningkat, tapi tahun 2003 ke tahun 2004 turun lagi sebesar 85,85%. Tahun 2004, rasio cepat yaitu sebesar 415.63. Artinya bahwa untuk setiap satu rupiah hutang dijamin dengan satu rupiah aktiva yang cepat diuangkan, sehingga rasio cepat sebesar nilai tersebut, menunjukkan aktiva yang cepat diuangkan cukup memadai untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. 4.4.2. Analisis Rasio Solvabilitas 4.4.2.1. DAR (Debt to Asset Ratio) Yaitu rasio total kewajiban terhadap aset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Dari tahun 2000 ke tahun 2001 DAR naik, tapi tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 DAR turun. Tahun 2003 DAR menunjukan angka 0.47 yang berarti juga bahwa untuk tahun 2003 persentase aktiva yang didanai dari hutang adalah 47%. Oleh karenanya, dapat diketahui untuk DAR tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami penurunan (meskipun tidak signifikan, hanya turun 1%). Terjadinya penurunan dalam DAR tersebut, menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat dengan semakin menurunnya porsi hutang dalam pendanaan aktiva. Dengan semakin kecilnya nilai rasio DAR menunjukkan bahwa sebagian besar investasi didanai oleh modal sendiri. 4.4.2.2. DER (Debt to Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari hasil perhitungan (tabel 4.2) dapat diketahui nilai DER tahun 2000 ke 2001 naik, sedangkan tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 nilai DER mengalami penurunan. Tahun 2004 DER bernilai 0.87 mengalami penurunan dari tahun 2003, penurunan DER tersebut berarti porsi pemegang saham semakin besar dalam menjamin investasi kreditor sehingga sebagian besar investasi yang dilakukan oleh perusahaan didanai dari ekuitas pemegang saham. 4.4.3. Analisis Rasio Profitabilitas 4.4.3.1. NPM (Net Profit Margin) Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh dari perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Untuk tahun 2000 ke tahun 2001 nilai NPM mengalami penurunan, tapi pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 nilai NPM mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri terlihat bahwa nilai rasio tahun 2004 lebih rendah jika dibandingakan dengan rasio NPM PT Aqua. Untuk Tahun 2004, nilai NPM sebesar 6.87 meningkat jika dibandingkan tahun 2003. Nilai NPM tahun 2004 sebesar 6.87 berarti untuk setiap seratus rupiah penjualan perusahaan mendapat keuntungan bersih sebesar 6.87 rupiah. Hal ini juga mengindikasikan bahwa profitabilitas perusahaan bagus karena penjualan yang semakin meningkat yang mengakibatkan laba perusahaan juga meningkat. 4.4.3.2. ROA (Return on Asset) Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan sudah efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional. Untuk menilai kinerja, rasio ROA akan dibandingkan dengan rata-rata suku bunga simpanan atau tingkat kembalian pada industri yang sama. Untuk tahun 2000 ke tahun 2001, nilai ROA mengalami penurunan. Tapi untuk tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 nilai ROA naik. Untuk tahun 2004 nilai ROA sebesar 19.89 lebih tinggi dari nilai ROA tahun 2003. Nilai ROA 19.89 artinya untuk setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan, perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar 19.89 rupiah. Maka dapat disimpulkan bahwa PT Aqua mampu menghasilkan keuntungan dari setiap aset yang digunakan dan sudah efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional, hal itu ditunjukkan dengan peningkatan nilai ROA tiap tahunnya serta tingginya nilai ROA dibandingkan nilai rata-rata industrinya, terutama untuk tahun 2004 rata-rata industri ROA malah mengalami kerugian. 4.4.3.3. ROE (Return on Equity) Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya imbalan yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, ROE mengalami mengalami penurunan. Untuk tahun 2004, nilai ROE yaitu sebesar 37.65 yang berarti untuk setiap seratus rupiah investasi pemegang saham, perusahaan memberikan kembalian sebesar 37.65 rupiah. Dengan membandingkan suku bunga simpanan saat ini yang sebesar 8% atau 0.08 bisa disimpulkan bahwa perusahaan memberikan tingkat kembalian yang lebih tinggi kepada pemegang saham dibandingkan dengan investasi pada deposito dan tabungan. 4.4.4. Analisis Rasio Aktivitas 4.4.4.1. ITO (Inventory Turn Over) Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang akan diubah menjadi penjualan. Untuk tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, nilai ITO PT Aqua menunjukkan peningkatan yang tajam. ITO tahun 2000 sebesar 50.59 meningkat tajam menjadi 124.09 di tahun 2003. ITO tahun 2004, menunjukkan nilai sebesar 50.79 yang berarti dalam satu tahun persediaan diubah menjadi penjualan sebanyak 50.79 kali. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa dalam satu tahun persediaan diubah menjadi penjualan sebanyak 50 kali. Penjualan 50 kali dalam setahun itu menunjukkan rasio yang tinggi. Semakin tinggi rasio maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan, dan jika penjualan tinggi maka profitabilitas perusahaan akan semakin meningkat. 4.4.4.2. TATO (Total Asset Turn Over) Rasio ini menggambarkan penggunaan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Dengan melihat rasio ini, kita bisa mengetahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dari hasil perhitungan yang diperoleh, untuk tahun 2000 sampai dengan 2003 nilai TATO semakin meningkat. Nilai TATO sebesar 1.61 di tahun 2000 menjadi 2.06 di tahun 2003. Pada tahun 2004 TATO sebesar 1.99 yang artinya untuk setiap satu rupiah aktiva, perusahaan menghasilkan 1.99 rupiah penjualan. Dari angka tersebut bisa disimpulkan bahwa manajemen PT Aqua cukup efektif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan, karena TATO bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1. 4.4.5. Analisis Nilai Pasar (Market Value) Dalam hal ini, analisis nilai pasar digambarkan dengan EPS, PER dan PBV. Karena profitabilitas PT Aqua sangat tinggi, maka sahamnya disukai oleh investor. Dibandingkan dengan saham-saham Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) lainnya, saham PT Aqua tergolong mahal karena nilai PER dan PBV serta EPS yang juga tinggi, sehingga investor yakin PT Aqua adalah perusahaan yang memiliki kinerja dan prospek yang baik. Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, nilai PER menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, mulai dari 4.79 di tahun 2000 menjadi 10.14 di tahun 2003. Sedangkan untuk tahun 2004, PER PT Aqua sebesar 6.89 mengalami penurunan dari tahun 2003. Tingginya volume penjualan dan laba yang diraih PT Aqua pada tahun 2004 direspon positif oleh pasar. Nilai PER dan PBV saham PT Aqua mencapai 6.89 kali dan 1.78 kali. Selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2002, nilai EPS PT Aqua mengalami peningkatan, tapi untuk tahun 2002 ke 2003 nilai EPS turun dan untuk berikutnya meningat menjadi Rp 2.922. Untuk tahun 2000, nilai EPS sebesar Rp 2.922 meningkat menjadi Rp 5.022 di tahun 2002. EPS sebesar Rp 2.922 berarti untuk setiap satu lembar saham, laba yang diperoleh adalah Rp 2.922 rupiah. Untuk tahun 2003 ke 2004 nilai EPSnya meningkat, dari Rp 4.715 naik menjadi Rp 6.962; hal itu disebabkan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan. Dengan laba per lembar saham yang begitu tinggi tersebut, maka tidaklah mengherankan jika memasuki tahun 2005 harga saham PT Aqua naik. Hal ini mengindikasikan bahwa investor meyakini bahwa prospek PT Aqua untuk tahun 2005 akan semakin baik. 4.5. Ringkasan peristiwa Voluntary Delisting yang dilakukan oleh PT Aqua Golden Mississippi, Tbk. PT. Aqua Golden Mississippi Tbk, sebagai perusahaan pelopor air minum mineral (AMDK) pertama kali di Indonesia yang juga sebagai perusahaan go public pada tanggal 1 Maret 1980 mempunyai prospek besar untuk memasuki persaingan pasar bebas. Akhir tahun 1998, PT Aqua diakuisisi oleh French Danone. Pada awalnya, Danone menguasai kepemilikan sahamnya 33,50% dan pada tahun 2001 saham Danone sudah mencapai 75,30% dari keseluruhan saham PT Tirta Investama sedangkan sisanya yaitu 24,70% merupakan saham milik publik (Indonesian Capital Market Directory, 2001). Kinerja keuangan PT Aqua semakin meningkat akibat adanya ekspansi usaha yaitu akuisisi saham dengan French Danone. Selama tahun 2001, jumlah investasi yang dibelanjakan Perseroan mencapai Rp 146.7 milyar, meningkat dibandingkan dengan Rp 133 milyar pada tahun 2000. Akibatnya, kinerja keuangan yang memburuk selama tahun 1997 sampai tahun 2000, berangsur-angsur membaik dan malah meningkat karena modal perusahaan dapat diperoleh dari akumulasi laba yang cukup besar tiap tahunnya. Sehingga pihak manajemen PT Aqua yakin tidak akan kesulitan meningkatkan jumlah ekuitas saham mereka dengan cara penawaran saham kembali (right issue), dan kegiatan operasional perusahaan pun dapat berjalan lancar (www.medanbisnis.com, diakses 5 Desember 2005). Dengan adanya peningkatan laba yang cukup besar tiap tahunnya, maka pihak manajemen PT Aqua ingin melakukan delisting dari BEJ dan BES. Permintaan delisting harus itu melalui beberapa tahap, seperti meminta persetujuan dewan direksi, mengadakan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan lain-lain. RUPSLB pertama kali pada tahun 2001 untuk mengusulkan voluntary delisting (mencabut sahamnya secara sukarela dari BEJ) dan kemudian berubah menjadi perusahaan tertutup, namun upaya tersebut gagal. Begitu juga di tahun 2005 ini, RUPSLB juga mengalami kegagalan. Kegagalan itu dikarenakan, peraturan dari Pasar Modal untuk delisting adalah melalui RUPSLB yang harus dihadiri minimal 75% pemegang saham publik yang hadir dalam rapat. Namun, pada kenyataannya, dalam RUPSLB PT Aqua, baik yang pertama maupun yang kedua, pemegang saham publik yang hadir selalu kurang dari 75%, sehingga tidak memenuhi persyaratan kuorum yang telah ditetapkan oleh pihak pasar (www.tempointeraktif.com, diakses 3 Desember 2005). Dalam RUPSLB pertama di tahun 2001, pemegang saham publik yang hadir hanya mencapai 39,27 % atau mewakili 319.814 saham dan pada RUPSLB yang dilakukan 14 November 2005, yang hadir hanya mewakili 429.527 pemegang saham atau setara 52,74%. Sedangkan pada RUPSLB pada 2 Desember 2005, jumlah pemegang saham publik yang hadir lebih kecil hanya sebesar 39,27% atau sekitar 319.814 saham (www. tempointeraktif.com, diakses 6 November 2005). Menurut Direktur utama PT Aqua, Willy Sidharta, jika usaha PT Aqua untuk delisting belum mencapai kuorum, maka diputuskan untuk tetap menjadi perusahaan publik dalam 4 sampai 5 tahun berikutnya. Sesuai peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) perusahaan masih bisa mengundang RUPSLB kepada pemegang saham sampai tiga kali kalau tidak memenuhi kuorum. Jika sampai tiga kali RUPSLB gagal dilaksanakan, perseroan bisa meminta persetujuan ke BAPEPAM (www.detikInet.com, diakses 13 Desember 2005). Untuk itu, manajemen PT Aqua akan berkonsultasi ke BAPEPAM agar angka kuorum rapat pemegang saham independen adalah 75% sehingga keputusan memiliki kekuatan hukum untuk dijalankan. Sementara itu, BAPEPAM dapat mempertimbangkan menurunkan jumlah kuorum pemegang saham dalam RUPSLB suatu emiten untuk mendapatkan persetujuan rencana go private. Namun, BAPEPAM akan melihat lebih dulu upaya emiten dalam mengundang pemegang saham. Pihak BAPEPAM bisa menurunkan persyaratan kuorum untuk RUPLSB Aqua, kalau upayanya sudah dianggap maksimal mencapai kuorum. Selain itu, BAPEPAM juga harus melihat berapa persen penurunan persyaratan kuorum Aqua. Menurut pengalaman yang sudah ada, penurunanya bisa mencapai 30%, 40% atau 50% (www.suarakarya_online_-.com, diakses 5 Februari 2006) Tabel 4.5. Ringkasan Peristiwa Voluntary Delisting PT Aqua Golden Mississippi,Tbk dalam RUPSLB Tanggal Permintaan Voluntary Delisting Jumlah Pemegang Saham Publik yang Hadir dalam RUPSLB 2 Desember 2001 Pemegang saham publik yang hadir hanya mencapai 39,27 % atau mewakili 319.814 saham 14 November 2005 Pemegang saham publik yang hadir hanya mewakili 429.527 pemegang saham atau setara 52,74%. 2 Desember 2005 Jumlah pemegang saham publik yang hadir lebih kecil hanya sebesar 39,27% atau sekitar 319.814 saham Sumber: www.suaramerdeka. com (diakses 7 April 2006). 4.6. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mensukseskan voluntary delisting dan menuju ke perusahaan Go Privat. PT Aqua Golden Mississippi,Tbk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPLSB) untuk meminta persetujuan go privat keluar dari bursa saham. Ini adalah kali kedua perusahaan air minum tersebut meminta persetujuan pemegang saham, setelah pada tahun 2001 rencana go privat ditolak pemegang saham karena penawaran harganya dinilai terlalu rendah Rp 35.000 per saham (www.kompas.com, diakses 7 Desember 2005). Pada tahun 2005, PT Aqua Golden Mississippi,Tbk menggelar kembali Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPLSB) pada (14/11), dan kedua (2/2) berkaitan dengan rencana go privat PT Aqua Golden Mississippi Tbk, manajemen menggelar RUPLSLB yang ketiga pada hari Selasa, 20 Desember 2005 di Jakarta, namun juga mengalami kegagalan karena pemegang saham publik yang hadir tidak memenuhi jumlah kuorum yang ditentukan oleh peraturan pasar modal (www.pikiran_rakyat.com,diakses 20 Desember 2005). Untuk mempercepat rencana voluntary delisting, PT Aqua memberi win-win solutions dengan cara melakukan “tender offer” yaitu memberi penawaran kepada pemegang saham dengan penawaran buy back Rp 100.000 per saham. Harga ini lebih tinggi 69,5% dari harga tertinggi saham Aqua yang pernah dicapai Rp 59.000 per saham. Serta tertinggi 90,5% dari harga perdagangan terakhir Rp 52.500 per saham dan harga saat IPO (Initial Public Offering) sebesar Rp 7.500 per saham (www. detikInet.com, diakses 14 November 2005). Jika melihat perbandingan tertinggi dan terakhir, atau harga saat IPO, memang penawaran Rp 100.000 per saham dari PT Aqua menggiurkan, maka investor akan mendapatkan keuntungan yang lumayan, sehingga dimungkinkan investor akan menyetujui. Selain itu, pihak manajemen Aqua juga mengusulkan pada BAPEPAM untuk menurunkan jumlah kuorum RUPSLB, karena berdasarkan pengalaman-pengalaman yang terjadi, rencana go privat Aqua selalu mengalami kegagaln karena tidak mencapai kuorum (kurang dari 75% pemegang saham publik yang hadir dalam RUPSLB). Menanggapi usulan Aqua tersebut, maka pihak BAPEPAM akan mempertimbangkan menurunkan angka kuorum dan selanjutnya, pihak BAPEPAM juga akan menimbang sejauh mana usaha Aqua menghadirkan pemegang saham independen. Kalau usaha untuk menghadirkan pemegang saham independen dinilai sudah cukup maka pihak Bapepem sendiri akan menurunkan persentase kuorumnya (www.investorindonesia.com, diakses 13 Maret 2006). 4.7. Analisis Nilai Wajar Saham PT Aqua Golden Mississippi, Tbk. Meskipun ditolak pemegang saham independen, PT Aqua bersikukuh tidak mau menaikkan harga penawaran dalam rangka go privat RP 100 ribu per saham, karena PT Aqua menganggap Rp 100 ribu merupakan harga yang baik, kerena lebih tinggi dari harga pasar. Persetujuan go privat Aqua dalam RUPSLB batal dilaksanakan, hal itu terkait dengan penolakan harga saham Rp 100 ribu tersebut, dari beberapa tolak ukur, harga penawaran ini memberi premium yang tinggi, Karena harga tersebut 50 persen lebih tinggi dari harga penilaian independen sebesar Rp 66.681 per saham dan 90,5% lebih tinggi dari dari harga perdagangan terakhir sebesar Rp 52.500 per saham, namun pemegang saham menolak harga Rp 100 per saham tersebut, mereka meminta harga Rp 1 juta per saham dengan alasan melihat kemampuan financial Danone sebagai pemegang saham terbesar PT Aqua (www.wartaekonomi.com,diakses 25 November 2005). Menanggapi hal itu, pihak BAPEPAM harus berani tindak manajemen Aqua, karena dianggap tidak adil perlakukan investor publik, selain itu BAPEPEM juga harus mengedepankan kelangsungan industri pasar modal dalam jangka panjang. Oleh karena pihak BAPEPAM menyarankan kepada pihak menajemen Aqua sebaiknya memberikan penawaran yang lebih tinggi karena harga Rp 100 ribu belum harga yang realistis. Sebaiknya harga penawaran itu adalah sebesar Rp 250.000 sampai Rp 300.000 per lembar, sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak (www.kompas.com, diakses 25 November 2005). BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mendorong PT. Aqua Golden Mississppi Tbk dalam melakukan voluntary delisting dan kemudisn merubag perusahaan menjadi perusahaan privat. Rencana voluntary delisting tersebut berkaitan dengan beberapa faktor. Faktor pertama, adalah berkaitan dengan jumlah pemegang saham. Pada akhir tahun 2005, jumlah pemegang saham PT Aqua terdiri dari PT Tirta Investama sebesar 90,99% dan saham publik sebesar 9,01%. Saham publik yang kecil itu hanya dimiliki sekitar 350 orang, sehingga dikhawatirkan saham yang kecil tersebut (9,01%) akan menjadi saham pasif atau saham ”tidur” artinya saham yang sulit trading di lantai bursa sehingga tidak menguntungkan. Faktor kedua, berkaitan dengan persentase kepemilikan saham. Pemegang saham mayoritas PT Aqua adalah PT Tirta Investama, dimana French Danone menguasai 60% saham PT Tirta Investama. Itu berarti, French Danone mempunyai hak untuk mengatur kebijakan perusahaan. Oleh karena itu, French Danone menerapkan kebijakan ”hidden strategy” yaitu kebijakan yang sifatnya rahasia (tertutup) bagi publik, misalnya tidak adanya tuntutan pertanggungjawaban publik kepada pemegang saham, calon pemegang saham, pemerintah dan masyarkat luas (public accountability). Hal ini bisa dilihat dari ketaatan perusahaan yang bersangkutan untuk mengikuti semua peraturan pasar modal yang berlaku dan memenuhi komitmennya terhadap janji-janji dalam prospektus. Sehingga, perusahaan mudah dalam mengkonsolidasikan perusahaannya, karena pemegang saham setelah go privat (tertutup) hanya terdiri dari dua saja yaitu PT. Tirta Investama dan Danone Asia Inc. Faktor ketiga, adalah berkaitan dengan kinerja perusahaan. Dilihat dari analisis rasio keuangan, diperoleh bahwa kinerja PT Aqua yang bagus, karena nilai likuiditas perusahaan rendah, hal itu berarti perusahaan mampu membayar kewajibannya dalam jangka pendek. Selain itu, nilai profitabilitas (laba) yang diperoleh setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, sehingga memberi dampak positif misalnya meningkatkan aliran kas dan meningkatkan jumlah laba ditahan, sehingga modal PT. Aqua semakin besar, sehingga PT Aqua tidak memerlukan tambahan modal dari publik karena tambahan modal tersebut dapat diperoleh dari akumulasi laba setiap tahunnya. Dan faktor terakhir yaitu berkaitan dengan biaya, artinya perusahaan dapat menghemat biaya yang harus dibayar atau ditanggung, seperti biaya listing, transaksi, pelaporan, legal, dan biaya-biaya yang terkait lainnya. Penghematan tersebut cukup berpengaruh apabila dialokasikan pada bidang atau kegiatan lainnya yang lebih produktif guna peningkatan kinerja keuangan 5.2. Keterbatasan Penelitian 1. Seluruh data atau informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hanya berupa data sekunder yang dipublikasikan. 2. Penulis hanya menganalisis faktor-faktor pendorong PT Aqua melakukan delisting dengan pendekatan kualitatif sedangkan untuk mengukur kinerjanya hanya dengan menggunakan analisis rasio keuangan. 3. Karena menggunakan pendekatan kualitatif, maka di dalam hasil penelitian ini terdapat faktor subyektif peneliti. Saran Untuk meningkatkan penelitian berikutnya, penulis menyarankan hal-hal berikut ini: 1. Bagi peneliti berikutnya yang juga berminat untuk melakukan penelitian pada PT Aqua, sebaliknya menganalisis bagaimana kinerja perusahaan setelah PT Aqua berhasil melakukan delisting dan menjadi perusahaan privat, apakah kinerja perusahaan semakin meningkat atau menurun. 2. Peneliti berikutnya dapat menggunakan pendekatan kuantitatif (statistik) dalam mengukur kinerja keuangan setelah PT Aqua berhasil melakukan delisting dan menjadi perusahaan privat.

3 komentar:

Guerra Milsim Act mengatakan...

selamat sore, kalau annual report aqua tahu 2016 ada datanya?? terima kasih..

Amisha mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

Lady Mia mengatakan...

KABAR BAIK!!!

Nama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.

Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.

Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.

Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan

Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.

Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com

Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.

Sepatah kata cukup untuk orang bijak.

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons